ARTIKEL Penerapan Nilai Kebajikan Universal di kelas 4 SDN 18 Ladang Laweh kabupaten Agam melalui Kato Nan Ampek Oleh : DONA FEBRIYANTI,S.Pd
A. Latar Belakang
Berdasarkan
Filosofi Bapak Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan itu suatu tuntutan
yang harus ada didalam tumbuh kembangnya anak- anak. Sehingga yang bisa
dilakukan oleh para pendidik hanyalah dapat menuntun anak agar bisa tumbuh
sesuai dengan kodratnya.
Budaya
positif sekolah adalah hal yang penting di ciptakan agar sekolah menjadi nyaman.Di
dalam Budaya positif Sekolah terdapat
Nilai kebajikan Universal.
Salah
satu nilai kebajikan Universal menurut IBO Primary Years Program (PYP) yaitu
sikap murid MENGHARGAI.
Agar
bisa diimplementasikan nilai kebajikan tersebut maka di buat lah keyakinan
kelas yang di sepakati oleh murid -
murid di kelas dan guru kelas salah satu keyakinan kelas yang di sepakati yaitu
SALING MENGHARGAI, dimana saling mengahargai sangat erat hubungan nya dengan
tata karma berbicara.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa
dua tahun belakang ini ini bumi kita bersedih karena di landa wabah COVID 19
dimana banyak manusia yang terserang virus tersebut sehingga sekolah yang
semulanya dari tatap muka menjadi dalam jaringan (DARING ). Hal ini memang jauh dari pikiran kita yang selama ini
yang namanya belajar tentu dengan tatap muka, tapi sekarang berubah menjadi
DARING, banyak hal yang kurang efektif berjalan dengan pembelajaran DARING
tersebut, banyak kendala yang terjadi , salah satu nya yakni siswa merasa tidak
disiplin dalam menjalani pembelajarannya, siswa merasa kurang terbimbing
karakternya nya karena jauh dari pengawasan guru.
Setelah covid 19 mulai mereda dan sekolah kembali dengan
pembelajaran tatap muka maka banyak hal yang berubah dari siswa tersebut
terutama dalam karakter ( saling menghargai ), tata karma berbicara, siswa
sudah kurang atau tidak bias membedakan tata karma berbicara baik itu ke guru,
kakak kelas, teman dan adik kelasnya. Hal tersebut menjadi tanggungjawab yang
besar bagi pendidik bagaimana mengatasi permasalahan yang
terjadi ini.
Untuk itu membangun karakter murid sebagai warganegara
yang baik sangatlah penting untuk segera dilakukan, karena sekolah merupakan
salah satu institusi pembentukan karakter. Maka agar terciptanya karakter
tersebut perlu ada upaya luar biasa untuk menciptakan ruang bagi generasi muda
untuk mengenal budaya Minangkabau khususnya KATO NAN AMPEK.
Sehingga di sekolah kami dalam P5 mengangkat materi KATO
NAN AMPEK, bahkan pemahaman akan KATO NAN AMPEK pun kami terapkan dalam
pembuatan Keyakinan Kelas bersama murid-murid seperti saling menghargai dan
menghormati, salam senyum sapa sopan dan santun, jika bersalah ucapkan ‘maaf’
mau lewat ucapkan ‘permisi’, butuh bantuan ucapkan ‘minta tolong dan jika
dikasih ucapkan ‘terima kasih’
Di
daerah Sumatera barat khususnya minang kabau sikap / adab dan tata krama
berbicara sangat di perhatikan. Sesuai dengan pepatah adat “KATO NAN AMPEK”
B. Tujuan
§ Dengan
menerapkan KATO NA AMPEK diharapkan dapat memperbaiki tingkah laku dan tata karma bicara murid.
§ Dengan
membuat keyakinan kelas bersama murid, diharapkan dapat memberikan kesadaran
untuk melaksanakan Keyakinan Kelas tersebut sehingga tercipta Budaya Positif
khususnya nilai kebajikan di sekolah, sehingga tercipta suasana belajar yang
aman,nyaman dan menyenangkan.
§ Adanya
nilai kebajikan akan membentuk karakter yang baik sesuai dengan Profil Pelajar
Pancasila dan mewujudkan merdeka belajar bagi murid dan pembelajaran yang
berpihak pada murid.
§ Selain
itu salah satu cara untuk mewujudkan Disiplin Positif dapat dilakukan melalui
segitiga restitusi dengan menggunakan posisi kontrol manajer, dengan
mengaitkannya dengan KATO NAN AMPEK. Agar murid dapat memperbaiki dan mencari
solusi dari kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka
dengan karakter yang baik.
C. Tolak Ukur
§ Terwujudnya
Budaya Posistif khususnya Disiplin Positif di kelas IV SD Negeri 18 LADANG
LAWEH melalui KATO NAN AMPEK
§ Terbentuknya
keyakinan kelas yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dan Nilai-nilai
Sumbang duo Baleh melalui kegiatan kesepakatan kelas yang dilakukan guru dan
siswa.
§ Murid
dan guru mampu melaksanakan keyakinan kelas yang telah dibuat termotivasi
secara intrinsik dan tanpa paksaan/tekanan
§ Murid
mampu menerapkan dan menjaga komitmen yang telah disepakati bersama
§ Murid
mampu menentukan/mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya, karena guru
menerapkan segitiga restitusi dengan posisi kontrol manajer.
§ Murid
mampu menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik dan karakter positif
§ Murid
dan guru mampu melaksanakan budaya positif secara konsisten.
§ Murid
merasa aman,nyaman, dan menyenangkan di lingkunan kelas/sekolah
D. Lini masa tindakan
§ Mendiskusikan
dengan kepala sekolah untuk pentingnya
BUDAYA POSITIF khususnya nilai kebajikan Unuversal melalui KATO NAN AMPEK.
§ Berkolaborasi
bersama rekan guru untuk berbagi pemahaman dan pengalaman mengenai BUDAYA
POSITIF khususnya nilai kebajikan Unuversal melalui KATO NAN AMPEK.
§ Materi
Nilai Kebajikan Universal :
Menurut IBO Primary Years Program (PYP)
Sikap murid : Toleransi
Ø Rasa
hormat
Ø Integritas
Ø Mandiri
Ø Menghargai
Ø Antusias
Ø Empati
Ø Keingintahuan
Ø Kreativitas
Ø Kerjasama
§ Materi
KATO NAN AMPEK
Kato Nan Ampek adalah aturan yang mengikat bagi putera/i
Minangkabau dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pemikirannya di kehidupannya
sehari-hari. Semakin halus penghayatan seseorang terhadap Kata Yang Empat ini,
semakin bernilailah keberadatan orang yang bersangkutan. Sebaliknya, bagi
mereka yang tak menerapkan Kato Nan Ampek ini dalam berkomunikasi, semakin
rendahlah keadabannya (disebut dengan celaan : Tidak tahu adat).
KATO
NAN AMPEK ini terdiri dari :
1) Kato Mandaki (Kata Mendaki), maksudnya bagaimana kita menyatakan pikiran
kita baik dalam komunikasi dengan maupun ketika kita membicarakan tentang
seseorang yang posisi tawarnya lebih tinggi dari kita, seperti orangtua, guru,
ulama, tokoh masyarakat, termasuk pemimpin negara. Merupakan hal yang terlarang
kita menyebut mereka dengan namanya saja, atau memberi kata sandang ‘Si’.
2) Kato Manurun (kata menurun) adalah cara berkomunikasi
dengan atau membicarakan tentang seseorang yang posisi tawarnya di bawah kita,
terutama yang umurnya lebih muda atau memang kepada remaja dan bocah.
3) Kato Mandata (kata mendatar), merupakan cara berbahasa
dengan teman sebaya dalam pergaulan.
4) Kato Malereng (kata melereng), adalah bagaimana cara
berkomunikasi dengan pihak yang rasanya janggal apabila mengungkapkan perasaan/
pikiran kepadanya secara gamblang dan terus terang. Dalam kata melereng ini
digunakan kata-kata berkiasbanding. Umpama komunikasi antara mertua dengan
menantu dan sebaliknya.
E.
Dukungan yang di butuhkan
§
Dukungan dari kepala
Sekolah , rekan guru, serta murid agar tindakan yang telah di susun dapat di
terapkan dengan baik.
§
Sarana dan prasarana
untuk menumbuhkan Nilai Kebajikan .
§
Orang tua dalam melakukan
dan menerapkan nilai kebajikan melalui Kato Nan Ampek.
Komentar
Posting Komentar